Bekasi. Buser Fakta Pendidikan.Com
Jurnalis Diori Parulian Ambarita atau Ambar menjadi korban persekusi brutal oleh sekelompok orang yang diduga kuat bagian dari sindikat distribusi makanan kadaluwarsa. Insiden itu terjadi di Dusun 1, Desa Mangunjaya, Tambun Selatan, Bekasi, Jawa Barat, pada Jumat (26/9/2025) sore.
Ambar mengaku dirinya tengah melakukan investigasi peredaran makanan kadaluwarsa di wilayah tersebut. Saat sedang mengambil foto dan video, ia didatangi sekitar 10 orang, kemudian dipukuli membabi buta, dirampas telepon genggamnya, dokumentasi dihapus, hingga tubuhnya diinjak-injak.
“Saya bahkan sempat disekap sekitar 1,5 jam dan dipaksa mengaku preman. Padahal sudah saya tegaskan bahwa saya wartawan,” ujar Ambar, Sabtu (27/9).
Akibat pengeroyokan itu, mata kiri Ambar mengalami pecah retina, sementara wajah dan dadanya mengalami luka serius. Ia berencana melaporkan kasus ini ke Polda Metro Jaya.
FPII Jabar: Serangan Terhadap Kebebasan Pers
Ketua Forum Pers Independent Indonesia (FPII) Setwil Jawa Barat, Ir. Jaya Taruna, mengecam keras persekusi yang menimpa Ambar. Ia menilai, insiden tersebut bukan sekadar serangan terhadap individu, melainkan juga bentuk nyata ancaman terhadap kebebasan pers di Indonesia.
“Insiden mengerikan ini adalah intimidasi sistematis terhadap jurnalis. Harus dipahami, ini bukan hanya soal Ambar, tetapi serangan langsung terhadap kemerdekaan pers,” tegas Jaya.
Ia menilai lemahnya penegakan hukum menjadi akar tingginya angka kekerasan terhadap jurnalis di tanah air. Jarang sekali aparat kepolisian maupun kejaksaan menerapkan UU Pers sebagai payung hukum untuk melindungi jurnalis sekaligus menjerat pelaku.
“FPII Jabar dengan tegas meminta aparat segera menangkap seluruh pelaku. Kasus ini harus diusut tuntas, transparan, dan menyeluruh,” tandasnya. (Rifai Situmorang)
