Bekasi.Buser Fakta Pendidikan.com
Di saat pemerintah gencar mendorong pembangunan yang berkualitas dan ramah masyarakat, pemandangan berbeda justru muncul di Kelurahan Cikiwul, Kecamatan Bantargebang. Fasilitas umum yang seharusnya menjadi contoh pelayanan publik malah diabaikan dan dialihfungsikan secara serampangan.
Padahal, dalam setiap pembangunan, pemerintah diwajibkan memastikan sarana prasarana yang dibangun memenuhi fungsi optimal, andal, dan dapat diakses masyarakat. Namun, standar itu tampaknya tidak berlaku di Kelurahan Cikiwul.
Sebuah kamar mandi (MCK) yang dibangun Pemerintah Kota Bekasi untuk melayani masyarakat yang berkunjung ke kantor kelurahan, justru berubah fungsi menjadi gudang penyimpanan barang-barang tak terpakai. Fasilitas publik yang semestinya menjadi hak masyarakat kini terkunci dan tidak bisa digunakan.
Kondisi itu terungkap saat tim investigasi LSM KAMPAK RI melakukan pemantauan di area kelurahan pada Jumat, 12 Desember 2025. Ketua DPD Jabar LSM KAMPAK RI, Indra Pardede, menyebut apa yang terjadi di Kelurahan Cikiwul adalah bentuk kelalaian serius.
> “Tim kami hendak menggunakan MCK tersebut, tetapi ternyata tidak bisa dipakai dan sudah dijadikan gudang. Lalu bagaimana dengan pemeliharaan gedung? Kalau ada anggaran sarana prasarana, ke mana dialokasikan? Ini menjadi tanda tanya besar,” tegas Indra.
Menurutnya, Lurah Cikiwul seharusnya menjaga wibawa pelayanan publik, bukan justru membiarkan fasilitas umum membusuk tanpa fungsi.
“Lurah itu kepala kantor. Harusnya malu melihat masyarakat yang tidak bisa memakai MCK itu. Ini bukan sekadar soal toilet, tapi soal komitmen pelayanan,” tambahnya.
LSM KAMPAK RI pun mendesak Wali Kota Bekasi untuk turun langsung dan mengambil tindakan tegas.
“Kami meminta Wali Kota memberikan teguran keras kepada Lurah Cikiwul dan memastikan fasilitas umum yang dibangun dengan uang rakyat difungsikan sebagaimana mestinya,” ujar Indra.
Fenomena ini kembali menjadi alarm bahwa masih banyak kantor pemerintahan yang gagal menjaga fasilitas pelayanan publik. MCK yang seharusnya sederhana, justru menjadi bukti bahwa perhatian terhadap sarana dasar pun masih diabaikan.(Rifai/Udin)
