
Kota Bekasi, Buser Fakta Pendidikan.Com
Harapan siswa kelas X, SMA Sedes Sapentiae, Semarang, Jawa Tengah berinisial SKS memilih pindah naik ke kelas XI di SMAN 18 Bekasi, untuk mewujudkan cita-citanya sempat terhalang kebijakan Kepala Sekolah SMAN 18, Medina Siti Almunawaroh.
Secara tertulis dengan nomor surat: 325/TU.01.02/SMAN 18.CDP Wil III, Medina Siti Almunawaroh menolak siswa pindahan tersebut, yang diduga alasan nilai akademiknya rendah.
"SKS tidak layak diterima sesuai pos mutasi SMAN 18. Yang bersangkutan disarankan untuk mendaftar ke sekolah lain," Isi surat penolakan tersebut.
Bukan hanya kecewa tidak diterima melanjut di sekolah tersebut kata MA, kalimat yang mengatakan "tidak layak" itu sangat menyakitkan. Apakah tidak ada kalimat yang lebih patut dan pantas, misalnya, "tidak dapat diterima".
Kemudian, Medina Siti Almunawaroh menyarankan untuk mendaftar ke sekolah lain lanjut MA, apakah sekolah lain dianggap sekolah buangan atau tidak berprestasi?.
Kata kata itu ujar MA, nyata menghina dan menista dunia pendidikan. Seolah-olah hanya SMAN 18 yang berprestasi, Agung, dan Unggul dibanding sekolah lain.
Padahal kata MA, Siswa berinisi SKS tersrbut bukan tidak berprestasi. Dia meraih juara 3 putsal, dan Sebagai Danton Paskibra di SMA asal, yakni: SMA Sedes Sapentiae, Semarang, Jawa Tengah yang juga terdaftar akreditas A. Mengenai nilai akademik rendah, itu dapat dipengaruhi berbagai faktor.
Kemungkinan faktor utamanya adalah mengenai ekonomi. Faktor ekonomi ini menjadi satu-satunya alasan orangtua SKS untuk memindahkan putranya ke SMAN 18 agar mereka dapat tinggal serumah untuk mengurangi beban ekonomi keluarga.
Karena jika harus kos di asrama SMA Sedes Sapentiae, Semarang, Jawa Tengah biaya yang harus dikeluarkan cukup tinggi, sementara ekonomi orangtuanya belakangan sedang terpuruk.
"Pindah sekolah dekat rumah di SMAN 18 Kota Bekasi, KCD pendidikan Wil-3 Dinas pendidikan Provinsi Jawa Barat, karena ekonomi keluarga sudah tidak sanggup membiayai di SMA Sedes Sapentiae, Semarang, Jawa Tengah," kata MA.
Solusi kata MA, orangtuanya pun memilih anaknya melanjut di SMAN 18 Bekasi agar dapat pulang pergi dan tinggal serumah di Perumahan Alamanda Regency, Blok GE 11, No.17 RT.01/RW.04.Kel.Karangsatria Kec.Tambun Utara, Kab. Bekasi, Jawa Barat.
Namun, oleh Kepala SMAN 18 Bekasi, Medina Siti Almunawaroh, menolak secara tertulis yang diduga alasan nilai akademik rendah, membuat orangtua dan SKS kecewa dan nyaris putus harapan.
Orangtua SKS yang dibuat kayak gasing putar balik ke SMAN 18 Bekasi, yakni, tanggal (17/7) menyerahkan beberapa dokumen kepada Wakil Kelapala Sekolah (Wakasek) yang disebut bidang Kurikulum. Setelah menyerahkan Foto Copy Raport kelas X, Wakasek di SMAN 18 tersebut mengatakan nilai akademik Steven jelek dan menyarankan mendaftar ke sekolah lain.
Dengan berbagai argumen, Wakasek akhirnya menyarankan agar terlebih dahulu di tes esok harinya, Jumat (18/7). Setelah mengikuti tes, pihak sekolah mengatakan akan diinformasikan Selasa atau Rabu (21-22/7). Namun sangat disayangkan kata keluarga SKS, kepastian diterima atau tidak belum ada keputusan dari Kepala Sekolah, dan diundur ke hari Jumat (25/7).
Jumat (25/7), keluarga SKS kembali konfirmasi ke sekolah. Apa yang terjadi, keluarga diberikan surat keterangan penolakan untuk diterima di SMAN 18 tersebut. Diselimuti rasa kecewa, keluarga Steven beranjak meninggalkan sekolah tersebut.
Tak kenal lelah demi masa depan anak, keluarga SKS terus berjuang dan berusaha konfirmasi ke Kantor Cabang Dinas (KCD) Wil-3 Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat untuk memastikan keterangan dari pihak sekolah. Ternyata, menurut pejabat di KCD tersebut, masih ada slot (kuota) di SMAN 18 dan menyarankan segera diajukan ke sekolah tersebut.
"Kalimat Tidak layak tersebut rasanya tidak manusiawi. Apakah tidak ada bahasa yang lebih tepat diucapkan kepada manusia. Kan boleh dikatakan tidak dapat diterima," kata M.A.
Dia pun kembali ke KCD Wil-3 Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat untuk mempertanyakan kebijakan Kepala SMAN 18 tersebut. Alhasil, pejabat KCD cukup bijaksana dan kembali berusaha konfirmasi ke pihak sekolah, yang kemudian, siswa berinisial SKS tersebut dipastikan dan masuk, Jumat (1/8), tetapi harus ketinggalan mata pelajaran hampir 1 bulan. (Red)